Teknoflas.com – Pada bursa transfer musim panas 2015, AC Milan dan Fiorentina, menjadi dua klub Seri A paling ngotot mengejar tanda tangan Gabigol (19). Saat ini publik Brazil menyebut pemain didikan akademi muda Santos itu sebagai titisan Neymar, bahkan baru saja merebut gelar Most Valuable Player (MVP) usai tampil gemilang sepanjang kompetisi Liga Serie A Brazil dengan catatan 10 gol dan 7 assist dari 30 laga.
Walaupun punya kesempatan besar mengukir karir di Eropa bersama AC Milan yang siap menampung, Gabigol memilih tetap tenang dan menolak tawaran Adriano Galliani. Mengapa demikian? Apakah ia tak berminat main di Liga Italia? Dalam sebuah wawancara kepada TMW, Gabigol mengaku sering menonton dan mengikuti perkembangan sepakbola Seri A.
“Saya selalu mengikuti setiap laga dan berita Seri A. Di sana ada sahabat yang selalu saya dukung, Felipe Anderson. Namun yang bikin saya jatuh cinta dengan Seri A, ada idolaku Francesco Totti,” ungkapnya seperti dilansir teknoflas.com dari laman TMW, Jumat (5/2/2016).
Gabigol mengaku senang bisa diminati oleh dua tim Seri A, AC Milan dan Fiorentina, apalagi dikontak Adriano Galliani. Namun dia enggan membahas apapun terkait kontrak. Segala sesuatu diserahkan semuanya kepada sang agen, ia lebih memilih fokus di atas lapangan demi performa gemilang.
Pada bursa musim panas 2015, ia menolak AC Milan dan Fiorentina, begitu pula pada musim dingin kemarin. Bukan tak ingin merumput di Liga Italia, namun ia menunggu momen yang tepat. Tak ingin tergesa-gesa terbang ke Eropa di usia yang masih sangat muda. Baginya Liga Italia masih menjadi tempat tepat untuk mengasah karir seperti para legenda Brazil terdahulu.
Alasan lain Gabigol tunda pindah ke Italia yaitu keinginan mengukir sejarah manis bersama Santos. Ia mengaku berhutang budi kepada klub yang telah memberikan segalanya. Setidaknya ingin pergi meninggalkan kesan sebagai seorang pahlawan. Saat ini ia hanya ingin terus berkembang di setiap laga memakai seragam kebanggaan Santos. Gabigol tidak menutup kemungkinan gabung ke AC Milan di masa depan, baginya semua hanya masalah waktu. (Francesco Romano/TPR)