Bahaya Melarang Anak Laki-laki Menangis

shutterstock_18023041

Teknoflas.com – Anak laki-laki dikenal dan dipahamkan sebagai sosok yang kuat dan tahan banting. Bahkan, banyak orang tua memberikan pendidikan kepada anak lelakinya untuk tidak menangis. Dengan embel-embel seperti anak perempuan, anak laki-laki akhirnya terpaksa untuk menahan tangisan agar tidak disebut ‘seperti perempuan’.

Mengutip dari Independent, hal tersebut ternyata memiliki dampak negatif bahkan bahaya daripada manfaatnya. Dampak tersebut mengarah ke kesehatan mental anak laki-laki di masa depan. Melarang anak laki-laki menangis dapat membuat ia kehilangan perasaannya.

Seorang terapis, Lena Aburdene Derhally, menulis di Washington Post bahwa ia melihat ada seorang ayah melarang anak laki-lakinya menangis dan menyebut tindakan tersebut seperti anak perempuan.

Terapis yang mengkhususkan diri di bidang kecemasan ini beranggapan bahwa hal ini terdapat konsekuensi negatif yang serius. Selain membuat anak merasa malu menunjukan emosinya di muka umum, perkataan melarang untuk menangis seperti itu sering kali terekam dalam ingatan si anak dan berdampak pada kehidupannya di masa depan.

Dengan ketidakmampuannya untuk mengekspresikan emosi, para lelaki akhirnya sering depresi bahkan sering bermasalah dengan pasangannya. Selain itu, lelaki dewasa yang melampiaskan emosi lewat alkohol seringkali merupakan lelaki yang tidak dapat mengerti perasaan mereka.

“Para pria dewasa dengan masalah ini seperti tidak  memberi izin pada diri mereka sendiri untuk memiliki emosi itu,” ungkap Derhally.

Derhallya sangat menyarankan kepada orang tua untuk tidak membuat anak lelakinya merasa tertekan dengan tidak mengeluarkan emosinya, bahkan ia sangat menganjurkan untuk menciptkan suasana di mana emosi anak dapat didengarkan dan dipahami di rumah. Salah satu caranya adalah tidak melarang anak laki-laki untuk menangis.

Orang tua juga diminta untuk dapat mengajak anak mengkomunikasikan perasaan mereka, apakah ibahagia, sedih, marah, atau takut dengan menciptakan lingkungan di mana ekspresi yang emosional adalah hal yang wajar. Seperti dengan mengajak anak membaca buku bersama atau menonton film.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *